Muwashaffat Muslim

Muwashaffat Muslim
Assalamu'alaikum wr.wb

Selasa, 27 Desember 2011

Islam Menunggu Kita (Part 1)

Apakah kita pernah ingat bahwa dahulu islam pernah mencapai kejayaannya ? Apakah kita pernah lupa bahwa islam prnah menjadi pusat peradaban baik di bidang kemiliteran, pendidikan, kebudayaan dsb. Tapi, bagaimana keadaan kita sekarang ? Hampir setiap hari kita lihat di negeri yang berpenduduk mayoritas muslim berita tentang perpecahan, kemiskinan, dan penindasan oleh musuh-musuh islam. Bagaimana itu bisa terjadi pada kita ? Apakah kita akan terus seperti ini ? Tidakkah kita menginginkan keadaan seperti dulu ? ketahuilah saudaraku, Al-qur’an yang kita gunakan tak pernah berubah. Tapi, apa yang membuat kita berbeda dari umat-umat sebelum kita ? tulisan ini mungkin akan sedikit menggambarkan keadaan kita sekarang sekaligus sarana untuk mempersiapkan diri kita sehingga kita bisa jaya seperti dahulu.
1.       Ibadah
Kita mungkin pernah mendengar sebuah kisah yang tak pernah dilupakan baik oleh umat islam sendiri maupun penduduk dunia. Yakni tentang penaklukkan Konstatinopel oleh Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453. Menjadi pertanyaan dalam diri kita sekarang, barapa usia kita ? Mungkin  para aktivis yang selalu menghiasi rohis-rohis di sekolah-sekolah akan menjawab 15-17 tahun. Mungkin para aktivis yang selau menghiasi LDK di tiap kampus akan menjawab 18-23 tahun. Lantas apakah kita sudah melakukan sesuatu untuk islam ? Apa yang selama ini kita kerjakan sehingga menghabiskan begitu lama umur tanpa berkontribusi apapun. Padahal dahulu Muhammad Al-Fatih telah menaklukkan Konstatinopel meskipun  usianya hanya baru 21 tahun.
Beliau adalah seorang yang duuramalkan oleh Rasulullah S.A.W melalui haditsnya bahwa suatu saat Konstatinopel akan ditaklukkan. Dan pemimpinnya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baik pasukan. Apa yang diamksud Rasulullah S.A.W dengan sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pasukan ? Apakah sebuah pemimpin yang kuat dan sebuah pasukan yang banyak ? Ternyata bukanlah seorang yang memiliki badan kekar atau pasukan yang banyak tetapi lebih kearah ibadah orang tersebut. Sering di dengar di telinga kita bahwa ketika selesai perang Muhammad Al-Fatih menanyakan beberapa pertanyaan ke pasukannya.
Pertanyaan pertama : “Siapa yang diantara kalian yang tak pernah tertinggal shalat fardhunya sejak baligh silahkan berdiri ”. Seluruh pasekan yang ketika itu sedang duduk seketika bangun dan berdiri.
Pertanyaan kedua : “Siapa diantara kalian yang tak pernah meninggalkan shalat sunnah rawatibnya sejak baligh silahkan berdiri”. Setengah dari pasukannya duduk.
Pertanyaan ketiga ; ‘Siapa diantara kalian yang tak pernah meninggalkan shalat Qiyamul Lailnya sejak baligh silahkan berdiri”. Seluruh pasukannya pun duduk dan hanya ada satu orang yang berdiri yakni Muhammad Al-Fatih sendiri. Sunguh kisah yang sangat menakjubkan inilah yang dimaksud Rasulullah S.A.W sebagai sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pasukan.
                Lantas bagaimana dengan umat yang banyak ? Bukankah kita telah memiliki umat yang banyak dan tersebar diseluruh dunia ? Mari kita rujuk ke Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 25-26
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (orang-orang mu’min) di medan ppeprangan yang banyak, dan (ingtlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak kerena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa’at sedikit pun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kapada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir”.
Sungguh kisah yang sangat heroik dari Rasulullah S.A.W ketika beliau dan para sahabat terdesak di perang Hunain namun beliau tetap tak gentar dan tak mundur dalam peperangan tesebut. Sekaligus menjadi pelajaran bagi kita bahwa jumlah yang banyak tak menjamin bahwa kita bisa menang. Begitu juga dengan hati ini jumlah kita yang banyak tak menjamin bahwa da’wajh kita dapat berhasil bukanlah sebuah jaminan bahwa ketika kita menjalakan sebuah kepanitiaan terhadap suatu acara sebagai suatu agenda da’wah di sekolah/kampus sering kali kita mendapat suatu masalah bahwa banyak panitia yang tak istiqomah dalam menjalankan hal tersebut tapi, jangn khawatir saudaraku, Allah akan membantu kita.  

1 komentar:

  1. Ingat juga, konstatinopel sudah takluk, tapi romawi blm lho. ini berarti kesempatan bagi kita untuk membuktikan diri kita sebagai pejuang muslim untuk membawa kejayaan islam. Allahu akbar!

    BalasHapus