Muwashaffat Muslim

Muwashaffat Muslim
Assalamu'alaikum wr.wb

Kamis, 29 Desember 2011

Peran OSN Dalam Mencerdaskan Bangsa


              Olimpiade Sains merupakan sebuah ajang yang sealu diselenggarakan setiap tahunnya di negeri ini. Mungkin ada sebuah pertanyaan yang mengganjal hati kita bahwa apakah Olimpiade Sains berperan terhadap perkembangan pendidikan bangsa ini ? Ketika kita menilik sebuah sejarah dari penyelenggaraan OSN, kita akan melihat bahwa hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang bisa mengikuti ajang tersebut. Hal ini menandakan bahwa terjadi sebuah kesenjangan tersendiri dari pendidikan di negeri ini. Menjadi sebuah dilema ketika kita memandang sebuah peningkatan mutu pendidikan dari suatu daerah  hanya dilihat dari seberapa banyak daerah tersebut mendapatkan medali pada ajang ini yang ternyata hanya diwakili oleh beberapa sekolah yang selalu menjadi langganan sebagai peserta pada ajang ini. Lantas ketika kita melihat sebuah kenyataan tersebut, apakah kita menganggap bahwa adanya OSN hanya menambah kesenjangan dan tidak dibutuhkan lagi ? Sebelum kita menjawab pertanyaan di atas, perlu kita ketahui adalah sistem dari OSN itu sendiri baik mengenai seleksi peserta hingga soal yang diujikan.
1.       Sistem Seleksi Peserta
Dalam pelaksanaan seleksi terhadap peserta OSN, peserta dari tiap sekolah akan diseleksi menggunakan soal tingkat kota yang disediakan panitia OSN sehingga seluruh soal yang digunakan untuk seleksi tingkat kota di Indonesia, menggunakan soal yang sama kemudian diperoleh peserta terbaik untuk mewakili kota/kabupaten yang selanjutnya akan diseleksi menggunakan soal tingkat propinsi yang juga disediakan bagi panitia pusat. Yang selanjutnya, untuk mencapai ke tingkat Nasional akan diseleksi berdasarkan nilai yang di dapat dari seluruh peserta yang mengikuti seleksi tingkat propinsi biasaya yang di ambil adalah 100 besar dari seluruh Indonesia di tambah peringkat pertama dari masing-masing propinsi sehingga seluruh propinsi memiliki wakil dalam ajang OSN meskipun hanya 1 orang. Pelaksanaan OSN akan diselenggarakan secara terpusat di suatu propinsi dan untuk teknis/jenis soal tiap bidang memiliki ciri khas tersendiri dalam model soal dan teknis penyelenggaraannya begitu juga dengan penilaiannya.
Untuk perolehan medali, peseta OSN akan diurutkan berdasarkan jumlah nilai yang mereka dapat di ajang tersebut. Peraih Emas merupakan 5 peserta terbaik dari tiap bidang, peraih Perak merupakan 10 peserta terbaik selanjutnya, dan untuk peraih Perunggu adalah 15 peserta terbaik selanjutnya sehingga total medali di tiap bidang dan tiap jenjang adalah 30 medali.
Dari mekanisme ini kita dapat menilik bahwa penyelenggaraan OSN sudah cukup adil atau dalam kata lain tidak ada kekhususan dalam suatu daerah. Ini merupakan sebuah awalan yang sangat baik sebab pemerataan bukanlah berarti secara kuantitatif tetapi secara kualitatif. Panitia OSN telah mendesain bagaimana soal seleksi yang diberikan tidak ada perbedaan sehingga bisa denngan jelas tergambarkan keadaan pemerataan pendidikan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Lantas, bagaimana sehingga hanya ada beberapa sekolah saja yang mengirimkan wakilnya di OSN? Ini merupakan suatu teguran sekaligus sebuah stimulus bagi sekolah tersebut. Bukankah sekolahnya berada pada daerah yang sama dan soalnya pun sama tetapi kenapa selalu ada sekolah yang menonjol di suatu daerah. Mungkin sebuah keuntungan tersendiri ketika menjadikan soal tersebut serupa di seluruh Indonesia, yakni sebuah gambaran tantangan yang akan dihadapi bagi seluruh pelajar yang ada di Indonesia. Mereka dapat membuka wawasan mereka mengenai keadaan yang akan mereka hadapi kedepannya, artinya pikiran mereka tidak hanya berpatok pada apa yang telah mereka pelajari di daerah mereka tetapi juga apa yang dipelajari pelajar lain di Indonesia.
2.       Soal yang Diujikan
Di bagian ini, saya hanya berkutat pada bidang kimia tingkat SMA sebab saya hanya mengetahui dari soal-soal yang diujikan di bidang tersebut semoga bisa menggambarkan bidang lain. Pada seleksi tingkat Kota/Kabupaten, soal yang diujikan umumnya merupakan soal yang dipelajari para peserta di tingkat SMA, jadi pada bagian ini peserta belum dituntut untuk memahami materi baru, tetapi lebih dituntut untuk memahami secara konseptual materi yang telah dipelajari. Sehingga, pada tingkat Kota akan banyak soal yang bersifat pemahaman konsep soal. Pada tingkat Propinsi, peserta akan diberikan soal mengenai materi baru yang belum pernah dipelajari di sekolah namun masih tetap menjunjung sisi pemahaman konsep dari bahan yang diujikan. Oleh sebab itu, biasanya transisi dari tingkat kota ke tingkat propinsi merupakan masa yang sulit dikarenakan perbedaan jenis materi yang diujikan. Sedangkan pada tingkat Nasional, soal lebih ke arah aplikasi dan dibutuhkan suatu teknik dalam mengerjakan soal-soal tersebut sehingga soal OSN lebih ke arah hitungan dsb. Selain itu, peserta bidang kimia juga akan diadakan tes praktikum sebagai wujud aplikasi dari materi yang selama ini mereka pelajari.
             Dilihat dari sistem soal yang telah ada, ini menggambarkan sebuah kesinambungan dalam pembelajaran suatu bidang. Hal ini menunjukkan bahwa peserta OSN bukanlah orang memiliki banyak data base informasi yang selalu ada dalam setiap sekolah unggulan. Melainkan seseorang yang memiliki pemahaman konsep yang kuat (yang diujikan di tingkat kota dan propinsi) serta dapat mengaplikasikan hal tersebut. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi suatu daerah yang tidak dapat ambil bagian dalam ajang OSN.     

Rabu, 28 Desember 2011

Hasil SC Kimia

Assalamu'alaikum wr.wb
Buat teman-teman SC Kimia yang udah penasaran mengenai hasil tes SC nya, bisa diliat disini
Hasil Tes SC Kimia

Semangat ya...... buat OSN 2012. Chemistry Must Get Golds.

Disitu juga tertulis komentar dan saran-saran

Selasa, 27 Desember 2011

Islam Menunggu Kita (Part 1)

Apakah kita pernah ingat bahwa dahulu islam pernah mencapai kejayaannya ? Apakah kita pernah lupa bahwa islam prnah menjadi pusat peradaban baik di bidang kemiliteran, pendidikan, kebudayaan dsb. Tapi, bagaimana keadaan kita sekarang ? Hampir setiap hari kita lihat di negeri yang berpenduduk mayoritas muslim berita tentang perpecahan, kemiskinan, dan penindasan oleh musuh-musuh islam. Bagaimana itu bisa terjadi pada kita ? Apakah kita akan terus seperti ini ? Tidakkah kita menginginkan keadaan seperti dulu ? ketahuilah saudaraku, Al-qur’an yang kita gunakan tak pernah berubah. Tapi, apa yang membuat kita berbeda dari umat-umat sebelum kita ? tulisan ini mungkin akan sedikit menggambarkan keadaan kita sekarang sekaligus sarana untuk mempersiapkan diri kita sehingga kita bisa jaya seperti dahulu.
1.       Ibadah
Kita mungkin pernah mendengar sebuah kisah yang tak pernah dilupakan baik oleh umat islam sendiri maupun penduduk dunia. Yakni tentang penaklukkan Konstatinopel oleh Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453. Menjadi pertanyaan dalam diri kita sekarang, barapa usia kita ? Mungkin  para aktivis yang selalu menghiasi rohis-rohis di sekolah-sekolah akan menjawab 15-17 tahun. Mungkin para aktivis yang selau menghiasi LDK di tiap kampus akan menjawab 18-23 tahun. Lantas apakah kita sudah melakukan sesuatu untuk islam ? Apa yang selama ini kita kerjakan sehingga menghabiskan begitu lama umur tanpa berkontribusi apapun. Padahal dahulu Muhammad Al-Fatih telah menaklukkan Konstatinopel meskipun  usianya hanya baru 21 tahun.
Beliau adalah seorang yang duuramalkan oleh Rasulullah S.A.W melalui haditsnya bahwa suatu saat Konstatinopel akan ditaklukkan. Dan pemimpinnya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baik pasukan. Apa yang diamksud Rasulullah S.A.W dengan sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pasukan ? Apakah sebuah pemimpin yang kuat dan sebuah pasukan yang banyak ? Ternyata bukanlah seorang yang memiliki badan kekar atau pasukan yang banyak tetapi lebih kearah ibadah orang tersebut. Sering di dengar di telinga kita bahwa ketika selesai perang Muhammad Al-Fatih menanyakan beberapa pertanyaan ke pasukannya.
Pertanyaan pertama : “Siapa yang diantara kalian yang tak pernah tertinggal shalat fardhunya sejak baligh silahkan berdiri ”. Seluruh pasekan yang ketika itu sedang duduk seketika bangun dan berdiri.
Pertanyaan kedua : “Siapa diantara kalian yang tak pernah meninggalkan shalat sunnah rawatibnya sejak baligh silahkan berdiri”. Setengah dari pasukannya duduk.
Pertanyaan ketiga ; ‘Siapa diantara kalian yang tak pernah meninggalkan shalat Qiyamul Lailnya sejak baligh silahkan berdiri”. Seluruh pasukannya pun duduk dan hanya ada satu orang yang berdiri yakni Muhammad Al-Fatih sendiri. Sunguh kisah yang sangat menakjubkan inilah yang dimaksud Rasulullah S.A.W sebagai sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pasukan.
                Lantas bagaimana dengan umat yang banyak ? Bukankah kita telah memiliki umat yang banyak dan tersebar diseluruh dunia ? Mari kita rujuk ke Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 25-26
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (orang-orang mu’min) di medan ppeprangan yang banyak, dan (ingtlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak kerena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa’at sedikit pun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kapada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir”.
Sungguh kisah yang sangat heroik dari Rasulullah S.A.W ketika beliau dan para sahabat terdesak di perang Hunain namun beliau tetap tak gentar dan tak mundur dalam peperangan tesebut. Sekaligus menjadi pelajaran bagi kita bahwa jumlah yang banyak tak menjamin bahwa kita bisa menang. Begitu juga dengan hati ini jumlah kita yang banyak tak menjamin bahwa da’wajh kita dapat berhasil bukanlah sebuah jaminan bahwa ketika kita menjalakan sebuah kepanitiaan terhadap suatu acara sebagai suatu agenda da’wah di sekolah/kampus sering kali kita mendapat suatu masalah bahwa banyak panitia yang tak istiqomah dalam menjalankan hal tersebut tapi, jangn khawatir saudaraku, Allah akan membantu kita.