Muwashaffat Muslim

Muwashaffat Muslim
Assalamu'alaikum wr.wb

Kamis, 31 Mei 2012

Jangan Bersedih, Sungguh Allah Subahanallahu Wa Ta'ala Bersama Kita


          Mungkin sering terbersit dalam benak kita rasa lelah, rasa bosan, dan rasa ingin berhenti pada jalan ini. Bukanlah suatu hal yang aneh bila ini pernah kita rasakan. Mungkin dalam menapaki jalan ini, kita sering merasa heran selama ini kita berda'wah bukan untuk uang, bukan untuk kekuasaan, dan juga bukan untuk mendapatkan pujian bahkan kita rela mengorbankan waktu, tenaga, dan uang kita dalam jalan ini, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran. Lalu, kenapa da'wah kita sering tertolak?
            Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda : “Tolonglah saudaramu ketika didzalimi dan ketika mendzalimi”. Para sahabat bertanya : “ Ya rasul, bagaimana kami menolong sahabat kami yang sedang mendzalimi ?” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab :”Dengan cara menghindarkan dia dari berbuat kedzaliman”.
               Saudaraku, da'wah bukanlah sesuatu yang pasti diterima, jalan da'wah bukanlah jalan yang ringan melainkan jalan yang berat, bahkan Nabi Nuh -seorang rasul- pun pernah mengadukan hal ini kepada Allah Subahanallahu wa Ta'ala (Q.S Nuh : 5-20). Seperti inilah jalan da'wah, keberhasilan seseorang dalam berda'wah tidak bisa dilihat dari hadirnya banyak orang ketika ta'lim, terwujudnya proker-proker di Rohis-rohis di sekolah atau LDK-LDK di kampus, atau pun ketika kita memegang kekuasaan.
            Percayalah saudaraku, ada atau tidak adanya kita, suatu saat nanti Islam akan berjaya yang terpenting adalah apakah kita termasuk orang yang berkontribusi di dalamnya? Tugas da'wah kita bukanlah untuk menjalankan proker, bukanlah untuk meraih kekuasaan, dan tidak juga mencari kuantitas masa itu semua hanyalah alat dan tak boleh menjadi tujuan sementara itu, tujuan da'wah kita adalah meraih ridho-Nya dalam setiap aktivitas yang kita lakukan.
                   Semoga kita selalu dilimpahkan nikmat-Nya yang paling besar, yakni nikmat iman dan islam serta semoga kita selalu dalam rahmat-Nya dan kuat menghadapi setiap ujian-Nya hingga kita dimasukkan ke surga-Nya. amiin. Semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua khususnya penulis wallahu'alam bisshawab.

Selasa, 15 Mei 2012

Bangunlah dari Bawah



                Terkadang, kita berfikir bahwa untuk menghasilkan sesuatu yang besar kita harus menjadi orang besar. Kita menganggap bahwa dengan menjadi orang yang berkedudukan tinggi ataupun memiliki figuritas yang besar dapat menghasilkan pengaruh yang besar dan dapat mempengaruhi orang lain. Hal ini mungkin memang penting, tapi apakah ini menajdi yang utama? Dalam da’wah kita sering berucap bahwa kita harus menjadi seorang yang memiliki kedudukan tinggi jika da’wah kita mau didengar. Tapi, terkadang hal ini terlalu diutamakan sehingga kita rela mengorbankan segalanya demi merebut kekuasaan atau pengaruh bahkan terhadap hal paling fundamental yakni ibadah kita.
                Tidak dipungkiri bahwa dengan kekuasaan kita memang bisa mempengaruhi seseorang. Tapi, apakah itu menjadi sesuatu yang melekat? Apakah ketika kekuasaan itu hilang orang yang terpengaruh terhadap kita tetap mengikuti kita? Saudaraku, Islam tidak dibangun atas sebuah doktrinasi ataupun paksaan (Q.S 2 : 256) tetapi Islam dibangun atas keimanan yang kuat, Tauhid yang menyeluruh, dan tentunya punya sebuah hikmah dalam penyampaiannya. Rasulullah Salallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita bahwa beliau membangun masyarakat Islam dari bawah bagaimana beliau membina sebuah masyarakat menjadi sebuah masyarakat yang kuat dari segi keimanan dan ketaqwaan. Suatu hari melalui pamannya Abu Thalib beliau pernah ditawari 3 hal oleh orang kafir Quraisy wanita, tahta ,dan harta. Namun, beliau hanya menjawab “wahai pamanku, seandainya mereka memberikan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku tapi bila tebusannya adalah da’wah maka aku tidak akan menerimanya”.
                Bukan hanya tentang sebuah kekuasaan, tetapi juga sebuah figuritas. Terkadang kita juga mengorbankan segalanya demi meraih figuritas. Berapa banyak orang yang rela meninggalkan identitas keislamannya sehingga ia rela membaur secara berlebihan untuk mendapatkan sebuah figuritas di suatu golongan. Padahal, apakah figuritas harus didapat dengan cara berbaur berlebihan? Bukankah Rasulullah Salallahu 'alaihi wa sallam pun menjadi publik figur tanpa harus mengorbankan identitasnya sebagai seorang Muslim? Apakah ini yang kita cari? Kita sedang mencari kekuasaan dan popularitas atau da’wah dan ridho Allah Subahanallahu wa Ta'ala? Ketahuilah saudaraku, jika kita beranggapan bahwa da’wah kita tidak diterima hanya karena kita tidak memiliki kekuasaan itu adalah sebuah hal yang tidak pantas sebab dimana pun posisi kita, kita wajib berda’wah. Begitu juga dengan figuritas jangan pernah beranggapan bahwa figuritas hanya bisa di dapat dengan membaur secara berlebihan sampai meninggalkan identitas kita sebagai muslim. Karena figur seorang muslim jauh lebih baik dari itu semua. Kenapa kita tidak menjadi seorang muslim sejati saja seperti yang dilakukan Rasululllah Salallahu 'alaihi wa sallam, menjadi seorang yang jujur, tepat waktu, ramah, dermawan dll. Bukankah ini jauh lebih tepat?
                Sejarah Islam telah mengajarkan kita bahwa jumlah, kekuasaan, dan kekuatan tidak akan berguna tanpa adanya pertolongan Allah Subahanallahu wa Ta'ala. Mulai dari kisah Rasulullah Salallahu 'alaihi wa sallam yang telah saya ceritakan di atas, kemudian kisah beliau ketika perang Hunain hingga dikisahkan dalam Q.S 9 : 25, dilanjutkan pada sebuah kisah di zaman Khalifah Umar bin Khatab Radiyallahu Anhu ketika beliau memecat Khalid bin Walid sebagai panglima perang diakibatkan pada pasukan kaum muslim mulai muncul bibit-bibit kemusyrikan yang menganggap bahwa jika panglimanya adalah Khalid bin Walid maka pasukan akan selalu menang, serta yang terakhir adalah ketika pasukan Muhammad Al-fatih berhasil merebut Konstatinopel dan Rasulullah Salallahu 'alaihi wa sallam menyebutnya sebagai sebaik-baik panglima dan pasukannya sebaik-baik pasukan. Sejarah selalu berulang dimana kekuatan keimanan selalu menang.  
                Lantas bagaimana hal ini bisa muncul diantara kita? Mungkin sebuah pertanyaan ini akan bisa menjawab. “Pada fasa apa kaum muslim memiliki kemajuan pesat atau bisa dikatakan paling berjaya?” mungkin banyak diantara kita yang menjawab pada fasa Bani Abasyiah saat pengetahuan maju atau saat Turki Utsmani ketika kita menjadi sebuah kekuatan yang amat ditakuti. Tapi, jawaban yang paling tepat adalah fasa Rasulullah Salallahu 'alaihi wa sallam karena pada saat itulah tercipta generasi terbaik yang nyaris tak mungkin terulang lagi. Selama ini kita beranggapan bahwa suksesnya da’wah adalah ketika kita berhasil meraih kemajuan teknologi ataupun meraih sebuah kekuasaan. Itu semua sebenarnya adalah buah dari tujuan da’wah yang sebenarnya yakni menciptakan generasi terbaik. Wallahu ‘alam. Semoga ini bisa menjadi renungan bagi penulis.

Sabtu, 14 Januari 2012

Surat Al-Kahfii dan Teori Relativitas

Q.S Al-kahfi ayat 18

18. Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.

Al-Qur’an merupakan tuntunan hidup manusia, Al-Qur’an tidak hanya berisi aqidah dan tuntunan agama bagi umat Islam,  tetapi juga berisi berbagai macam kisah, syariat (aturan hidup) dan juga berisi ilmu pengetahuan. Selama ini, kebanyakan umat Islam hanya menganggap Al-Qur’an sebagai bahan bacaan yang berisi ajaran Islam. Padahal, Al-Qur’an adalah suatu kitab suci yang berisi berbagai macam hal yang dibutuhkan manusia baik masa sekarang maupun masa depan. Allah telah menurunkan Al-qur’an kepada Rasululah s.a.w agar ia mengajarkan kepada manusia hal yang tidak diketahui oleh manusia.
Dalam surat Al-Jumuah ayat 2 :

2. Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
Tidak sepatutnya kita hanya menganggap Al-Qur’an sebagai hal yang biasa dan mengacuhkan apa yang tertulis di dalamnya.
Dalam surat Al-anfal ayat 31 :

31. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menhendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) ini tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang purbakala."
Telah banyak bukti kebenaran Al-Qur’an yang telah diungkap. Dari sisi pengetahuan, banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang mengungkap ilmu pengetahuan zaman modern yang ternyata sudah tertulis dalam Al-Qur’an. Disini, saya akan menjabarkan kisah Ashabul Kahfi yang ternyata bersesuaian dengan teori relativitas Einstein.
Dari surat Al-kahfi ayat 18 yang telah tertulis di atas,

18. Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.
“……..kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri………”. Dari kata-kata ini, Allah mengisyaratkan bahwa mereka bergerak. Allah menggerakkan mereka ke kanan dan ke kiri.
Dalam teori relativitas Einstein, “bila suatu benda bergerak mendekati kecapatan cahaya, maka akan terjadi dilatasi waktu dan terhubung dengan persamaan :
Δt=γ Δtp
Dengan   

γ(1-v2/c2)-1/2

Δtp         = waktu yang dirasakan ketika benda bergerak
Δt           = waktu yang dirasakan ketika benda diam
c              = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s)
Dalam surat Al-kahfi ayat 19 :


19. Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)." Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun.
Dalam surat Al-kahfi ayat 25 :

25. Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
Jika kita mengaggap Δtp = 1 hari dan Δt  = 300 tahun = 109.500 hari
Dengan memasukkan angka-angka tersebut ke dalam persamaan Δt=γ Δtp 

maka γ =109.500 dengan γ(1-v2/c2)-1/2

maka  vc . Sehingga pantas saja dalam surat Al-kahfi ayat 25, Allah berkata :
jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.

Jumat, 06 Januari 2012

Islam Menunggu Kita (Part 2)


2.       2. Pendidikan
Sebelumnya telah di bahas mengenai ibadah sekarang mengenai pendidikan. Seberapa pentingkah pendidikan bagi perjuangan islam? Jawabannya adalah sangat penting. Kita mungkin tahu bahwa orang yang beriman dan berilmu akan ditinggikan oleh Allah beberapa derajat. Dan kita juga sering mendengar bahwa ilmu tanpa iman tak ada gunanya begitu pula iman tanpa ilmu. Oleh karena itu, pendidikan merupakan sebuah jalan penting bagi kejayaan islam. Tapi, menjadi sebuah pertanyaan kembali apakah pedidikannya itu hanya berbasis pada pendidikan agama? Tentu tidak, pendidikan agama memang penting dan wajib dimiliki oleh setiap muslim. Tetapi, dalam ilmu lain (Ilmu falak, sosial, ekonomi dll) tentu juga dibutuhkan dalam perkembangan dunia islam. Kita mungkin pernah mendengar banyak ilmuwan muslim berkontribusi dalam mengubah dunia, sebagai contoh Ibnu Sina, Jabbir ibnu Hayyan, Al-Khawarizmi, Ar-Razi, Al-Kindi dll. Hal ini mungkin berbeda dengan dunia islam sekarang. Hari ini, kita jarang sekali mendengar ilmuwan muslim yang tampil sebagai seorang yang menggugah dunia.
Menjadi sebuah renuangan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kekita sebuah pertanyaan kita lontarkan kepada para aktivis da’wah baik yang masih SMA maupun telah kuliah tentang informasi yang meraka percaya dari 3 buah sumber (Al-Qur’an, Televisi, Internet dan Buku). Mungkin sontak akan terdengar bahwa Al-Qur’an menjadi prioritas hal yang paling dipercaya kemudian buku, internet dan terakhir adalah televisi. Hal ini merupakan suatu yang wajar sebab dari segi kajujuran informasi dibandingkan internet, televisi kurang dapat dipercaya sebagai suatu media yang jujur sebab banyak orang-orang yang bisa berkesempatan untuk merekayasa informasi tersebut dan tentunya Al-Qur’an sebagai sumber pengetahuan dan informasi yang paling valid dan tidak diragukan lagi kebenarannya. Tetapi, bila kita bertanya kembali bagaimana perbandingan waktu mereka dalam mengakses informasi dari sumber-sumber tersebut ? Apakah Al-Qur’an kembali menjadi yang pertama? Mungkin urutan akan berubah dan internet menjadi sumber informasi yang sering diakses. Ini sebuah hal yang aneh di sisi lain kita menganggap bahwa Al-Qur’an adalah sumber yang pasti, namun kita jarang mengaksesnya. Lantas bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan pengetahuan/informasi yang benar-benar nyata sedangkan kita jarang mengakses hal tersebut. Selain itu, kita harus ingat bahwa para ilmuwan muslim terdahulu melaksanakan segala riset dan penelitiannya berdasarkan Al-Qur’an. Jadi, sebagai seorang muslim kita tidak boleh menyepelekan peranan Al-Qur’an.
Kemudian masalah pendidikan ilmu dunia. Mungkin kembali menjadi sebuah renungan dan masalah yang harus diselesaikan di kalangan aktivis da’wah. Sungguh aneh bila ternyata sekarang ini menjadi sebuah kewajaran bila seorang aktivis da’wah mendapatkan nilai akademis yang buruk. Ketahuilah saudaraku, islam tidak hanya dibutuhkan ketika kau berada di kampus atau sekolahmu. Tapi lebih dari itu, islam membutuhkkanmu ketika kau telah terjun ke masyarakat dan membina mereka. Sekarang, apakah kau akan menyianyiakan sesuatu yang dapat memiliki kontribusi yang lebih besar ? Saudaraku, aturlah waktumu sedemikian rupa sehingga kau dapat membagi antara porsi da’wahmu dengan akademismu. Ingatlah wahai saudaraku, yang kau perjuangkan bukanlah acara-acara yang tertulis dalam buku agenda LDK atau buku agenda ROHISmu.
Saudaraku, perjuangkanlah seluruh agenda da’wah di LDK atau ROHISmu. Namun, berjuanglah juga di bidang ilmu dunia yang kau kuasai karena di luar sana banyak orang yang lebih membutuhkan kontribusimu dibandingkan dengan ceramahmu.    

Kamis, 29 Desember 2011

Peran OSN Dalam Mencerdaskan Bangsa


              Olimpiade Sains merupakan sebuah ajang yang sealu diselenggarakan setiap tahunnya di negeri ini. Mungkin ada sebuah pertanyaan yang mengganjal hati kita bahwa apakah Olimpiade Sains berperan terhadap perkembangan pendidikan bangsa ini ? Ketika kita menilik sebuah sejarah dari penyelenggaraan OSN, kita akan melihat bahwa hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang bisa mengikuti ajang tersebut. Hal ini menandakan bahwa terjadi sebuah kesenjangan tersendiri dari pendidikan di negeri ini. Menjadi sebuah dilema ketika kita memandang sebuah peningkatan mutu pendidikan dari suatu daerah  hanya dilihat dari seberapa banyak daerah tersebut mendapatkan medali pada ajang ini yang ternyata hanya diwakili oleh beberapa sekolah yang selalu menjadi langganan sebagai peserta pada ajang ini. Lantas ketika kita melihat sebuah kenyataan tersebut, apakah kita menganggap bahwa adanya OSN hanya menambah kesenjangan dan tidak dibutuhkan lagi ? Sebelum kita menjawab pertanyaan di atas, perlu kita ketahui adalah sistem dari OSN itu sendiri baik mengenai seleksi peserta hingga soal yang diujikan.
1.       Sistem Seleksi Peserta
Dalam pelaksanaan seleksi terhadap peserta OSN, peserta dari tiap sekolah akan diseleksi menggunakan soal tingkat kota yang disediakan panitia OSN sehingga seluruh soal yang digunakan untuk seleksi tingkat kota di Indonesia, menggunakan soal yang sama kemudian diperoleh peserta terbaik untuk mewakili kota/kabupaten yang selanjutnya akan diseleksi menggunakan soal tingkat propinsi yang juga disediakan bagi panitia pusat. Yang selanjutnya, untuk mencapai ke tingkat Nasional akan diseleksi berdasarkan nilai yang di dapat dari seluruh peserta yang mengikuti seleksi tingkat propinsi biasaya yang di ambil adalah 100 besar dari seluruh Indonesia di tambah peringkat pertama dari masing-masing propinsi sehingga seluruh propinsi memiliki wakil dalam ajang OSN meskipun hanya 1 orang. Pelaksanaan OSN akan diselenggarakan secara terpusat di suatu propinsi dan untuk teknis/jenis soal tiap bidang memiliki ciri khas tersendiri dalam model soal dan teknis penyelenggaraannya begitu juga dengan penilaiannya.
Untuk perolehan medali, peseta OSN akan diurutkan berdasarkan jumlah nilai yang mereka dapat di ajang tersebut. Peraih Emas merupakan 5 peserta terbaik dari tiap bidang, peraih Perak merupakan 10 peserta terbaik selanjutnya, dan untuk peraih Perunggu adalah 15 peserta terbaik selanjutnya sehingga total medali di tiap bidang dan tiap jenjang adalah 30 medali.
Dari mekanisme ini kita dapat menilik bahwa penyelenggaraan OSN sudah cukup adil atau dalam kata lain tidak ada kekhususan dalam suatu daerah. Ini merupakan sebuah awalan yang sangat baik sebab pemerataan bukanlah berarti secara kuantitatif tetapi secara kualitatif. Panitia OSN telah mendesain bagaimana soal seleksi yang diberikan tidak ada perbedaan sehingga bisa denngan jelas tergambarkan keadaan pemerataan pendidikan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Lantas, bagaimana sehingga hanya ada beberapa sekolah saja yang mengirimkan wakilnya di OSN? Ini merupakan suatu teguran sekaligus sebuah stimulus bagi sekolah tersebut. Bukankah sekolahnya berada pada daerah yang sama dan soalnya pun sama tetapi kenapa selalu ada sekolah yang menonjol di suatu daerah. Mungkin sebuah keuntungan tersendiri ketika menjadikan soal tersebut serupa di seluruh Indonesia, yakni sebuah gambaran tantangan yang akan dihadapi bagi seluruh pelajar yang ada di Indonesia. Mereka dapat membuka wawasan mereka mengenai keadaan yang akan mereka hadapi kedepannya, artinya pikiran mereka tidak hanya berpatok pada apa yang telah mereka pelajari di daerah mereka tetapi juga apa yang dipelajari pelajar lain di Indonesia.
2.       Soal yang Diujikan
Di bagian ini, saya hanya berkutat pada bidang kimia tingkat SMA sebab saya hanya mengetahui dari soal-soal yang diujikan di bidang tersebut semoga bisa menggambarkan bidang lain. Pada seleksi tingkat Kota/Kabupaten, soal yang diujikan umumnya merupakan soal yang dipelajari para peserta di tingkat SMA, jadi pada bagian ini peserta belum dituntut untuk memahami materi baru, tetapi lebih dituntut untuk memahami secara konseptual materi yang telah dipelajari. Sehingga, pada tingkat Kota akan banyak soal yang bersifat pemahaman konsep soal. Pada tingkat Propinsi, peserta akan diberikan soal mengenai materi baru yang belum pernah dipelajari di sekolah namun masih tetap menjunjung sisi pemahaman konsep dari bahan yang diujikan. Oleh sebab itu, biasanya transisi dari tingkat kota ke tingkat propinsi merupakan masa yang sulit dikarenakan perbedaan jenis materi yang diujikan. Sedangkan pada tingkat Nasional, soal lebih ke arah aplikasi dan dibutuhkan suatu teknik dalam mengerjakan soal-soal tersebut sehingga soal OSN lebih ke arah hitungan dsb. Selain itu, peserta bidang kimia juga akan diadakan tes praktikum sebagai wujud aplikasi dari materi yang selama ini mereka pelajari.
             Dilihat dari sistem soal yang telah ada, ini menggambarkan sebuah kesinambungan dalam pembelajaran suatu bidang. Hal ini menunjukkan bahwa peserta OSN bukanlah orang memiliki banyak data base informasi yang selalu ada dalam setiap sekolah unggulan. Melainkan seseorang yang memiliki pemahaman konsep yang kuat (yang diujikan di tingkat kota dan propinsi) serta dapat mengaplikasikan hal tersebut. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi suatu daerah yang tidak dapat ambil bagian dalam ajang OSN.     

Rabu, 28 Desember 2011

Hasil SC Kimia

Assalamu'alaikum wr.wb
Buat teman-teman SC Kimia yang udah penasaran mengenai hasil tes SC nya, bisa diliat disini
Hasil Tes SC Kimia

Semangat ya...... buat OSN 2012. Chemistry Must Get Golds.

Disitu juga tertulis komentar dan saran-saran

Selasa, 27 Desember 2011

Islam Menunggu Kita (Part 1)

Apakah kita pernah ingat bahwa dahulu islam pernah mencapai kejayaannya ? Apakah kita pernah lupa bahwa islam prnah menjadi pusat peradaban baik di bidang kemiliteran, pendidikan, kebudayaan dsb. Tapi, bagaimana keadaan kita sekarang ? Hampir setiap hari kita lihat di negeri yang berpenduduk mayoritas muslim berita tentang perpecahan, kemiskinan, dan penindasan oleh musuh-musuh islam. Bagaimana itu bisa terjadi pada kita ? Apakah kita akan terus seperti ini ? Tidakkah kita menginginkan keadaan seperti dulu ? ketahuilah saudaraku, Al-qur’an yang kita gunakan tak pernah berubah. Tapi, apa yang membuat kita berbeda dari umat-umat sebelum kita ? tulisan ini mungkin akan sedikit menggambarkan keadaan kita sekarang sekaligus sarana untuk mempersiapkan diri kita sehingga kita bisa jaya seperti dahulu.
1.       Ibadah
Kita mungkin pernah mendengar sebuah kisah yang tak pernah dilupakan baik oleh umat islam sendiri maupun penduduk dunia. Yakni tentang penaklukkan Konstatinopel oleh Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453. Menjadi pertanyaan dalam diri kita sekarang, barapa usia kita ? Mungkin  para aktivis yang selalu menghiasi rohis-rohis di sekolah-sekolah akan menjawab 15-17 tahun. Mungkin para aktivis yang selau menghiasi LDK di tiap kampus akan menjawab 18-23 tahun. Lantas apakah kita sudah melakukan sesuatu untuk islam ? Apa yang selama ini kita kerjakan sehingga menghabiskan begitu lama umur tanpa berkontribusi apapun. Padahal dahulu Muhammad Al-Fatih telah menaklukkan Konstatinopel meskipun  usianya hanya baru 21 tahun.
Beliau adalah seorang yang duuramalkan oleh Rasulullah S.A.W melalui haditsnya bahwa suatu saat Konstatinopel akan ditaklukkan. Dan pemimpinnya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baik pasukan. Apa yang diamksud Rasulullah S.A.W dengan sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pasukan ? Apakah sebuah pemimpin yang kuat dan sebuah pasukan yang banyak ? Ternyata bukanlah seorang yang memiliki badan kekar atau pasukan yang banyak tetapi lebih kearah ibadah orang tersebut. Sering di dengar di telinga kita bahwa ketika selesai perang Muhammad Al-Fatih menanyakan beberapa pertanyaan ke pasukannya.
Pertanyaan pertama : “Siapa yang diantara kalian yang tak pernah tertinggal shalat fardhunya sejak baligh silahkan berdiri ”. Seluruh pasekan yang ketika itu sedang duduk seketika bangun dan berdiri.
Pertanyaan kedua : “Siapa diantara kalian yang tak pernah meninggalkan shalat sunnah rawatibnya sejak baligh silahkan berdiri”. Setengah dari pasukannya duduk.
Pertanyaan ketiga ; ‘Siapa diantara kalian yang tak pernah meninggalkan shalat Qiyamul Lailnya sejak baligh silahkan berdiri”. Seluruh pasukannya pun duduk dan hanya ada satu orang yang berdiri yakni Muhammad Al-Fatih sendiri. Sunguh kisah yang sangat menakjubkan inilah yang dimaksud Rasulullah S.A.W sebagai sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pasukan.
                Lantas bagaimana dengan umat yang banyak ? Bukankah kita telah memiliki umat yang banyak dan tersebar diseluruh dunia ? Mari kita rujuk ke Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 25-26
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (orang-orang mu’min) di medan ppeprangan yang banyak, dan (ingtlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak kerena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa’at sedikit pun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kapada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir”.
Sungguh kisah yang sangat heroik dari Rasulullah S.A.W ketika beliau dan para sahabat terdesak di perang Hunain namun beliau tetap tak gentar dan tak mundur dalam peperangan tesebut. Sekaligus menjadi pelajaran bagi kita bahwa jumlah yang banyak tak menjamin bahwa kita bisa menang. Begitu juga dengan hati ini jumlah kita yang banyak tak menjamin bahwa da’wajh kita dapat berhasil bukanlah sebuah jaminan bahwa ketika kita menjalakan sebuah kepanitiaan terhadap suatu acara sebagai suatu agenda da’wah di sekolah/kampus sering kali kita mendapat suatu masalah bahwa banyak panitia yang tak istiqomah dalam menjalankan hal tersebut tapi, jangn khawatir saudaraku, Allah akan membantu kita.